Skip to main content

Saprudin Ithur, Penulis Legenda Berau

Saprudin Ithur, Penulis Legenda Berau

Mengenal Saprudin Ithur, Penulis Legenda Bumi Batiwakkal

Penulis Legenda Pendongeng Pembawa Cerita Penjaga Sejarah Pencipta Masa Depan Juara Rakyat Sang Penyemangat Sang Pemersatu Sang Penakluk Rasa Takut Sang Pencerah.

Ungkapan-ungkapan tersebut menggambarkan peran penting seorang penulis legenda dalam suatu daerah. Merekalah yang bertugas untuk menjaga dan melestarikan cerita-cerita rakyat yang telah turun-temurun dari generasi ke generasi. Cerita-cerita tersebut tidak hanya menghibur, tetapi juga dapat memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat. Melalui cerita-cerita tersebut, masyarakat dapat belajar tentang sejarah, budaya, dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh daerah tersebut.

Penulis legenda juga berperan penting dalam menjaga kearifan lokal suatu daerah. Cerita-cerita yang mereka tulis dapat membantu masyarakat untuk memahami dan menghargai tradisi dan budaya yang telah ada sejak lama. Selain itu, cerita-cerita tersebut juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat untuk menciptakan karya-karya baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa penulis legenda memiliki peran yang sangat penting dalam suatu daerah. Merekalah yang bertugas untuk menjaga dan melestarikan cerita-cerita rakyat, budaya, dan kearifan lokal. Cerita-cerita yang mereka tulis dapat memberikan pelajaran berharga bagi masyarakat dan menjadi sumber inspirasi bagi mereka untuk menciptakan karya-karya baru yang dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.

Berau misalnya, menyimpan sejuta cerita menarik dibalik asal-muasal terbentuk sejak ratusan tahun silam. Terdapat 13 kecamatan yang memiliki legenda menarik yang bisa dijadikan bahan cerita untuk keluarga maupun pengantar tidur anak-anak.

Cerita-cerita rakyat yang menarik itu dikemas dengan baik oleh Saprudin Ithur, seorang pengarang yang mahir dalam menyusun setiap cerita yang pernah disampaikan oleh orang tua atau tetua kampung.

Saprudin telah menyusun cerita-cerita tersebut dalam buku-buku legenda yang aktif diterbitkan sejak tahun 2013. Hingga saat ini, ia telah menerbitkan 8 cerita dan satu kamus bahasa Berau. Sebelum kita mengenal karya-karyanya, mari kita lihat siapa sebenarnya Saprudin Ithur ini.

Saprudin, demikian dia biasa dipanggil, memulai kariernya dengan mendedikasikan dirinya untuk memberikan pengetahuan kepada murid-murid di SD 002 Pesisir sekitar tahun 1981 di Tanjung Batu. Kemudian, dia pindah ke Tanjung Perpat dan menjadi kepala sekolah pada tahun 1984. Saat itu, dia juga menjadi seorang nelayan dengan menggunakan pukat dari nelayan di Tanjung Perepat.

Saat menjabat sebagai kepala sekolah, Saprudin sering mendapatkan kiriman buku dongeng, cerita rakyat, dan buku kedaerahan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) RI. Buku-buku tersebut ditujukan untuk anak-anak sekolah di pesisir selatan Berau.

Buku-buku yang banyak itu membangkitkan gairah Saprudin dalam membaca. Dia mengisi kesibukannya sebagai kepala sekolah, nelayan dadakan, dan berolahraga dengan membaca buku.

"Kebiasaan kami dulu adalah mengambil buku kiriman. Banyak sekali untuk anak didik kami," kata Saprudin.

Dari situlah, muncul kebiasaan Saprudin untuk bercerita dan menulis. Dia bertemu dengan tetua di Tanjung Perepat bernama Oseng, yang merangsang keinginan Saprudin untuk menulis. Oseng adalah seorang yang senang bercerita, sementara Saprudin gemar menulis. Saat itu, semua cerita yang diceritakan oleh Oseng ditulis oleh Saprudin dengan tangannya sendiri.

"Kebiasaan itu saya bawa kemanapun. Membaca, bercerita, dan menulis. Semua saya tulis dengan tangan dan mesin tik," ucapnya dengan semangat.

Setelah menjelajahi pesisir Berau, pada tahun 1996, Saprudin mendapat jabatan baru sebagai Penilik Kebudayaan di Kantor Depdikbud Kecamatan Tanjung Redeb. Karirnya semakin baik ketika bertugas di ibukota kabupaten. Dia kemudian menjabat sebagai Kasubag Depdikbud Berau dan kemudian menjadi Kasubag TU Depdikbud Berau, menjadi orang nomor dua di departemen saat itu.

Karirnya yang cemerlang saat bertugas di Depdikbud Berau membuatnya berharap bisa mendapat jabatan sebagai pegawai di Kanwil Kaltim. Namun, formasi berubah sejak tahun 2000-an dan karirnya terhenti. Namun, memiliki karir sebagai penilik kebudayaan membuatnya semangat untuk berwisata budaya dan menjelajahi Berau.

Ketika menjabat sebagai Kepala Bidang Kebudayaan Depdikbud Berau, pada awal tahun 2012, Saprudin mulai memiliki keinginan untuk menjadi pengarang buku legenda Berau. Dengan kegemarannya menulis, dia mencatat setiap cerita yang dia dapatkan, dari Sambaliung hingga Gunung Tabur.

Dia membongkar semua karyanya yang telah dia simpan dengan rapi dalam tas plastik yang terlindungi dari air dan rayap. Mulai dari tulisan yang diketik menggunakan mesin tik, hingga catatan tangannya sejak dia masih muda.

Saat itu juga, dia menyadari pentingnya pembukuan sejarah Berau. Dia seringkali bingung menjawab pertanyaan mahasiswa yang datang ke Berau dan bertanya tentang asal-usul setiap wilayah di Berau.

Dengan menyadari kebutuhan tersebut, Saprudin mencatat ceritanya dalam sebuah blog pribadi yang dapat diakses di laman saprudin01.blogspot.com. Blog tersebut dibuat dengan bantuan pegawai muda di Depdikbud saat itu.

"Pertama kali saya mencatatnya di Blogspot. Saya dibantu oleh para pegawai muda itu," kata Saprudin.

Setahun setelah aktif sebagai blogger, Saprudin mulai mencetak setiap karyanya. Pustaka Pelajar menjadi penerbit pertamanya yang membantu mengembangkan bakat menulisnya. Pada tahun 2015, Pustaka Pelajar menerbitkan bukunya yang berjudul Meriam Pijitan dan Meriam Sumbing.

Kemudian, pada tahun yang sama, Legenda Danau Tebo diterbitkan. Diikuti oleh Si Ayus Putra Rimba Raksasa pada tahun 2017, Batu Ajaib Si Kuntum Taklamun pada tahun 2018, Raja Alam Sultan Alimuddin Perang Melawan Belanda pada tahun 2022, dan Kamus Bahasa Berau Banua' Kaltim pada tahun 2022. Terakhir, Syair Badiwa 2023 yang dia simpan di perpustakaan Berau.

"Semua ini berkat komunikasi. Jangan ragu untuk memulai komunikasi, tetapi tetap harus sopan," katanya memberikan pengingat.

Minat membaca generasi Z, kini hanya melalui gadget


Menurunnya kunjungan ke perpustakaan daerah menurut Saprudin, tidak harus dilihat sebagai sesuatu yang menakutkan. Menurutnya, sarana membaca saat ini berbeda.

Menurutnya, anak muda saat ini lebih suka membaca melalui gadget. Mereka menggunakan

 teknologi yang sedang berkembang di era modern ini. Bahkan, aplikasi I-Pusnas yang gratis menjadi salah satu sarana membaca.

Akibatnya, pencarian informasi yang lebih mendalam tidak lagi dilakukan di perpustakaan. Cukup dengan menggunakan perpustakaan sekolah dan fasilitas yang ada di sekolah. Selain itu, informasi juga bisa didapatkan melalui gadget yang telah diberikan oleh orang tua.

"Fenomena ini benar. Tingkat membaca tetap tinggi, tetapi lebih melalui gadget," katanya.

Generasi saat ini juga menggunakan media sosial untuk menyalurkan pengetahuan mereka. Namun, penting untuk mencatat bahwa keakuratan informasi yang disampaikan menjadi perhatian. Apakah informasi tersebut valid atau tidak. Jika tidak valid, maka literasinya masih kurang dan masih perlu banyak membaca.

"Ini adalah fenomena yang sedang terjadi. Arus informasi sulit dibendung. Hanya tinggal kita menilai kevalidannya," katanya memberikan nasihat.

Ke depannya, Saprudin berharap akan muncul lebih banyak generasi yang mencintai daerahnya sendiri. Melalui hal tersebut, tidak menutup kemungkinan akan muncul lebih banyak penulis baru yang dapat mengembangkan dan memperkuat cerita rakyat Berau.

"Semua orang bisa melakukannya, tetapi mereka harus mencintai daerahnya terlebih dahulu. Baik mereka yang datang dari luar maupun anak-anak lokal asli Berau," katanya.

Sumber: berauterkini.co.id dan Berikut ini versi Bard dan ChatGPT

Saprudin Ithur adalah seorang penulis legenda Berau yang telah menulis lebih dari 8 buku sejak tahun 2013. Buku-bukunya berisi cerita rakyat Berau yang menarik dan inspiratif.

Saprudin Ithur lahir di Samarinda pada tanggal 3 Januari 1960. Ia memulai kariernya sebagai guru di Sekolah Dasar Negeri 002 Tanjung Batu pada tahun 1981. Pada tahun 1984, ia diangkat menjadi kepala sekolah di SD Negeri Tanjung Perpat.

Selama menjadi kepala sekolah, Saprudin Ithur sering bertemu dengan tetua kampung yang bercerita tentang legenda Berau. Ia sangat tertarik dengan cerita-cerita tersebut dan mulai mengumpulkannya. Pada tahun 1996, ia diangkat menjadi penilik kebudayaan di Kantor Depdikbud Kecamatan Tanjung Redeb.

Dalam tugasnya sebagai penilik kebudayaan, Saprudin Ithur berkesempatan untuk berkeliling Berau dan bertemu dengan lebih banyak tetua kampung. Ia semakin banyak mengumpulkan cerita legenda Berau dan mulai menulisnya.

Pada tahun 2013, Saprudin Ithur menerbitkan buku pertamanya yang berjudul "Bangbal Menjadi Raja". Buku ini berisi 10 cerita legenda Berau yang saling berkaitan. Buku ini sangat sukses dan mendorong Saprudin Ithur untuk menulis lebih banyak buku.

Hingga saat ini, Saprudin Ithur telah menulis lebih dari 8 buku legenda Berau. Buku-bukunya telah dicetak ulang berkali-kali dan telah dibaca oleh banyak orang. Saprudin Ithur juga sering diundang untuk menjadi pembicara di berbagai acara tentang budaya Berau.

Saprudin Ithur adalah seorang penulis yang berdedikasi dan bersemangat untuk melestarikan budaya Berau. Ia berharap bahwa karya-karyanya dapat membantu masyarakat Berau untuk lebih mengenal dan mencintai budaya mereka.

Berikut adalah beberapa karya Saprudin Ithur


  • Bangbal Menjadi Raja (2013)
  • Meriam Pijitan dan Meriam Sumbing (2015)
  • Legenda Danau Tebo (2015)
  • Si Ayus Putra Rimba Raksasa (2017)
  • Batu Ajaib Si Kuntum Taklamun (2018) Raja Alam Sultan Alimuddin Perang Melawan Belanda (2022)
  • Kamus Bahasa Berau Banua' Kaltim (2022)
  • Syair Badiwa 2023 

Saprudin Ithur adalah seorang penulis yang berbakat dan inspiratif. Karya-karyanya telah membantu masyarakat Berau untuk lebih mengenal dan mencintai budaya mereka.