Skip to main content

Doomscrolling: Pengertian, Dampak, dan Cara Menghindarinya

Doomscrolling: Pengertian, Dampak, dan Cara Menghindarinya

Di era informasi yang serba mudah diakses ini, media sosial menjadi sumber berita utama bagi banyak orang. Namun, kemudahan tersebut terkadang membawa efek samping yang tidak diinginkan, salah satunya adalah doomscrolling. Istilah ini merujuk pada perilaku menelusuri konten negatif secara terus-menerus di media sosial, seolah-olah terjebak dalam pusaran informasi yang menggelisahkan. 

Mengapa Kita Doomscrolling?


Ada beberapa alasan mengapa seseorang bisa terjebak dalam doomscrolling: 

• Kebutuhan akan informasi: Di tengah ketidakpastian, seperti pandemi atau peristiwa besar lainnya, kita memiliki dorongan kuat untuk mencari informasi terbaru. Namun, paparan informasi negatif yang berlebihan justru bisa menimbulkan kecemasan dan perasaan tidak berdaya. 

• Algoritma yang "menjebak": Media sosial kerap menggunakan algoritma yang memprioritaskan konten yang memicu reaksi emosional, seperti kemarahan atau ketakutan. Konten negatif pun lebih mudah "menempel" di benak kita, sehingga algoritma terus menyajikannya. 

• Keinginan untuk "tetap terhubung": FOMO (Fear of Missing Out) atau takut ketinggalan informasi bisa mendorong kita untuk terus-menerus menggulir media sosial, meski konten yang ditemui didominasi berita buruk. 

• Pelarian dari emosi negatif: Ironisnya, doomscrolling terkadang digunakan sebagai pelarian dari emosi negatif yang sudah ada, seperti kebosanan atau kesepian. Namun, alih-alih meredakan, paparan konten negatif justru memperparah perasaan tersebut. 

Dampak Buruk Doomscrolling


Doomscrolling dapat berdampak negatif pada kesehatan mental dan kesejahteraan kita, seperti: 

• Meningkatkan kecemasan dan depresi: Paparan konstan terhadap berita buruk bisa memicu perasaan cemas, takut, dan tidak berdaya. Hal ini bisa berujung pada depresi, terutama bagi mereka yang sudah rentan terhadap gangguan tersebut. 

• Mengganggu tidur: Terlalu lama menatap layar menjelang tidur dapat mengganggu siklus tidur alami. Kurang tidur pun selanjutnya bisa memperburuk suasana hati dan produktivitas. 

• Menurunkan produktivitas: Doomscrolling menghabiskan waktu dan energi yang seharusnya bisa digunakan untuk kegiatan produktif lainnya. 

• Menimbulkan perasaan apatis: Paparan terus-menerus terhadap penderitaan orang lain bisa membuat kita merasa apatis dan kurang peduli pada lingkungan sekitar. 

Bagaimana Menghindari Doomscrolling?


Ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi kebiasaan doomscrolling: 

• Batasi waktu menggunakan media sosial: Tetapkan jadwal dan patuhi durasi tersebut untuk mengakses media sosial. Gunakan aplikasi atau fitur yang membantu Anda memantau dan membatasi penggunaan. 

• Kurangi mengikuti akun yang negatif: Kurangi atau berhenti mengikuti akun yang terlalu sering membagikan konten negatif atau memicu emosi negatif Anda. 

• Cari sumber informasi yang lebih beragam: Jangan hanya mengandalkan media sosial sebagai sumber informasi. Cari sumber berita yang kredibel dan sajikan informasi dalam porsi yang seimbang. 

• Gali hobi dan aktivitas positif: Isi waktu luang Anda dengan kegiatan yang lebih bermanfaat dan menyenangkan, seperti olahraga, membaca buku, atau berinteraksi dengan orang terdekat. 

• Minta bantuan jika perlu: Jika Anda merasa kesulitan mengatasi doomscrolling sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional dari psikolog atau konselor. 

Ingat, media sosial seharusnya menjadi alat untuk menghubungkan dan menginspirasi, bukan untuk membuat kita terpuruk dalam pusaran informasi negatif. Jadi, kendalikan penggunaan media sosial Anda dan fokuslah pada hal-hal yang membawa dampak positif bagi kehidupan Anda.